"Setia pada skema umpan pendek, tidak ada perubahan di
lini belakang dan tergantung pada Lionel Messi, Barca disingkirkan
Atletico Madrid di Liga Champions"
Untuk kali pertama sejak 2007, tidak ada nama Barcelona di semi-final
Liga Champions. Kekalahan 1-0 dari Atletico Madrid di Vicente Calderon,
Kamis (10/4) dini hari WIB mungkin mengejutkan bagi beberapa orang,
tetapi untuk lainnya lebih terasa sebuah
deja vu, raksasa Catalan terkapar di akhir pertandingan.
Dari lima percobaan, Atleti akhirnya mengemas satu kemenangan melawan
Azulgrana musim ini, tetapi sebenarnya hal yang paling mengganjal bagi loyalis
Blaugrana adalah cara tersingkir klub yang tidak berubah. Barca tidak hanya kalah, juga tak berdaya.
Untuk
kali pertama sejak 2002 Barcelona beraksi di Liga Champions tanpa trio
Victor Valdes, Carles Puyol dan Gerard Pique. Seperti analisis demi
analisis yang datang sebelumnya, lini belakang
El Barca adalah
sektor paling rawan dan tanpa perubahan sedikitpun di bursa transfer
pada akhirnya mereka harus menebus keputusan tersebut dengan harga yang
sangat mahal.
FAKTA PERTANDINGAN Atleti 1-0 Barca |
|
TEMBAKAN TEPAT SASARAN POSSESSION TENDANGAN SUDUTKARTU KUNING KARTU MERAH |
ATLETI 11 5 36%6 1 0 |
BARCA 9 3 64% 73 0 |
Seperti di Piala Super Spanyol Agustus lalu, menghadapi raja sepakbola
Spanyol pasukan Diego Simeone memperlihatkan determinasi tinggi, berani
berduel fisik dan ngotot hingga unit serangan Barcelona terhimpit.
Los Rojiblancos bisa menyengat melalui serangan balik.
Di
20 menit pertama pertandingan, pasukan Atletico tanpa belas kasih
melakukan tekanan berat hingga bintang-bintang Tata Martino menjadi
jeri. Sepakan keras Adrian Lopez menghajar tiang gawang dan kubu Catalan
tidak pernah bisa bangkit menjawab gol Koke - tetapi sesungguhnya
derita Barca tidak berhenti di sana.
Dua aksi David Villa urung
menjad gol karena si kulit bundar menghajar rangka gawang, ditambah lagi
sejumlah peluang lainnya. Pada situasi seperti itu, satu-satunya
pertanyaan yang muncul di benak adalah secepat apa Atleti bisa mematikan
perlawanan Barca sebelum sang raksasa Spanyol menghela nafas.
Tuan
rumah memang menuntaskan pertandingan dengan kemenangan tipis namun
Gabi, Diego dan Cristian Rodriguez punya kesempatan menghabisi laga
lebih cepat. Belum lagi episode dorongan Javier Mascherano terhadap
David Villa yang berpotensi melahirkan penalti untuk Atleti.
Rojiblancos
pantas menang, mereka melakukannya dengan nyaman berkat keunggulan di
awal pertandingan plus keberhasilan mengeksekusi strategi antiBarca
dengan sempurna.
Situasi harus berubah bagi Tata Martino dan
pasukannya, hal seperti ini tidak bisa dibiarkan terjadi begitu saja.
Untuk kali kesekian, Barca memperlihatkan kelemahan dalam beradu fisik
dan kalah cepat. Parahnya, andai kelemahan di depan mata tak kunjung
diperbaiki, harga yang harus ditebus bisa lebih besar lagi, status raja
sepakbola Spanyol jadi taruhan.
Lionel Messi terisolasi,
pergerakannya tertutup oleh lawan yang telah mempersiapkan diri dengan
baik. Terpangkasnya pergerakan superstar Argentina biasanya dianggap
sebuah paket kejutan, namun jika berbicara lebih jauh skema tepat memang
sudah disusun juru taktik Atleti di sisi lapangan. Tren sepakbola
sedang bergeser, andai
Barca tidak berbenah mereka bisa terus tergerus dan dihadapkan pada kenyataan pahit lagi.
Seperti 12 bulan sebelumnya ketika dipermak Bayern Munich, tidak ada perubahan berarti di lini belakang
Azulgrana.
Mereka juga masih bergantung pada kemampuan Messi seperti melawan
Chelsea dua musim lalu. Mereka masih menggandrungi ide mempermainkan
lawan dengan umpan-umpan pendek, padahal taktik tersebut tidak selalu
tepat di era sepakbola modern.
Barcelona seperti membiarkan
sejarah terulang, mereka tidak melengkapi skuat - tidak mempersiapkan
diri dengan baik - untuk menyambut perubahan.
Ada sebuah
ungkapan dalam sepakbola 'Anda akan lebih banyak memetik pelajaran dari
kekalahan ketimbang kemenangan'. Tiga musim berlalu, sayangnya Barca tak
mendengar padahal sudah saatnya perubahan dilakukan.